Sabtu, 28 November 2015

cerpen my prince from seoul karya Yuriska Adelya

MEMPRODUKSI TEKS CERPEN
MEMENUHI TUGAS B.INDONESIA

Disusun oleh






Yuriska Adelya
XI MIPA 2


Guru pembimbing
Riny Ermalia Asmery , S.Pd

MY PRINCE FROM SEOUL
Oleh : Yuriska Adelya

Dringggggggg…..
Alarm berbentuk sepeda itu membangunkan ku dari mimpi indahku bersama pangeran tampan itu. Matahari menyinari kamarku yang bersimbah kertas sana-sini, karena ujian yang sudah melandaku membuatku kebingungan untuk memilih universitas yang bagus di Indonesia.
Nilai yang sangat memuaskan menjadikanku sebagai siswa yang lulus dengan nilai terbaik, mengantarkan ku ke gerbang universitas terbaik di Indonesia. Terlihat dengan jelas senyum kebahagiaan yang terpancar dari wajah kedua orang tuaku. Mendapati nilai yang sangat bagus, kedua orangtua ku memberiku liburan ke luar negeri. Pilihan ku tertuju untuk ke Seoul, negri yang terkenal dengan gingseng dan juga termasuk negara 4 musim di Asia.
Kumulai perjalananku dari bandara Soekarno Hatta menuju bandara Inchone, perjalanan yang memakan waktu 6 jam membuatku sedikit bosan berada dipesawat. Melihat pramugari yang senantiasa menanyakan kebutuhanku, membuatku teringat akan cita-citaku saat masih kecil. 6 jam pun terlewat dengan sebentar, mendapati pesawat dengan landing yang sempurna. Kulihat jam ku menunjukkan sudah pukul 8 pagi.Kebingungan mulai menerpaku, perut mulai bernyayi minta makan. Terpusat mataku kearah cafĂ© yang dekat dengan bandara, untungnya dulu aku seorang kpopers dan bisa sedikit berbahasa korea. Saat ingin menyebrang dompetku terjatuh ditengah jalan dan saat itu pula lampu lalu lintas menandakan lampu hijau, klakson mobil dan motor mulai berteriak ditelingaku  kakiku terpaku seakan tak bisa bergerak. Entah apa yang terjadi seseorang datang dan menyelamatkan ku.
“neo gwenchanha ?” suara yang berat itu terdengar sedang berbicara kepadaku. Dengan perlahan kubuka mataku, terlihat seseorang yang tak asing.
“na gwenchanhaseyo, gomawoso “ dengan gugup kujawab ucapannya. “hampir aja aku mati” membelakanginya dan bicara sendiri.
“tunggu, kamu dari indonesia ?” ucapnya dengan sedikit terbata-bata.
Komunikasi kami mulai nyambung kekita betapa beruntungnya aku bertemu orang korea yang bisa berbahasa Indonesia. Dia membantuku mencari tempat makan yang enak, terlihat dia orang sangat baik. Toppoki makanan itu sering aku lihat di serial drama korea dan saat ini pertama kalinya aku merasakan rasa toppoki, suapanku terhenti ketika dia mulai menanyai namaku.
“Aku lee jong suk panggil saja jong suk , kamu? “ ucapnya dengan sopan dan menjulurkan tangannya kearahku.
“aku sica, Jessica adelya. Kamu bisa belajar bahasa Indonesia dari mana?” dengan keponya kumulai bertanya.
“saya les bahasa Indonesia” jawabnya dengan agak kaku.
Perutku sudah tidak keroncongan lagi, dia juga membantu ku mencari tempat penginapan. Entah kenapa jong suk begitu baik kepadaku, seakan dia tidak bisa hilang dari pikiranku. Senja mulai berubah menjadi malam dan aku hanya berdiam di hotel, bel kamarku berbunyi tak disangka jong suk datang.
“annyeong sica” sambil membungkuk sedikit.
“annyeong jong suk, kamu ngapain kesini?” jawabku kaku.
“kamu sudah makan ?” tanyanya seperti tahu bahwa aku belum makan.
Kami berjalan menelusuri malam yang dingin dan menikmati pemandangan yang indah disepanjang jalan, jong suk menarik tanganku kesebuah restoran samgyetang. Dia menatapku dengan tajam dan itu membuatku sangat canggung, tangannya mendekati tepi bibirku mengusap sebutir pap. Aku mulai canggung dihadapannya dan aku semakin canggung saat dia melemparkan senyumnya yang manis. Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan malam kami di sekitar seoul. Jong suk mulai menceritakan tentang dilarangnya bagi pelajar untuk belajar lewat dari jam 10 malam apabila ketauan akan ditangkap, banyaknya pelajar yang bunuh diri karena depresi akibat sekolah 15 jam perhari dan banyaknya orang yang tidak percaya diri karena mata yang terlalu kecil atau rahang wajah yang terlalu besar dan memilih jalan alternative yaitu operasi plastik. Jong suk juga menawarkanku untuk pergi ke pulau jeju, pulau yang dikenal dengan pulau romantic dan terindah dikorea. Karena ini pertama kalinya untukku keseoul dan aku juga penasaran dengan pulau jeju aku pun menerima tawaran emas itu.
Ransel mungil dan camera menemani perjalanan ku ke pulau jeju bersam jong suk, jong suk tidak pernah mau jika aku yang membayar ongkos perjalanan kami. Aku dan jong suk memilih untuk naik kapal di banding pesawat karna ingin merasakan angin laut yang segar, perjalanan kami menempuh waktu 13 jam selama perjalanan itu jong suk mengajariku bahasa korea dan cerita menarik tantang pulau jeju. Kami memiliki selera yang sama dibidang membaca yaitu membaca kisah kuno, waktu berlalu dangan sendirinya, tak terasa 13 jam serasa 1 jam saat bersama jong suk. Sesampai disana semua serasa bebas dan membuatku nyaman tinggal disana. Jong suk memesankan ku kamar untuk bermalam disini, jong suk mengajakku ketepi pantai dan makan disana. Jong suk mulai menatapku lagi seperti saat direstoran, aku mulai gugup dan makin gugup saat dia memegang kedua tanganku yang sedang memegang sujeo.
“dangsineul saranghaeyo sica ya” ucapnya dengan mata penuh perasaan dan membuatku mulai bingung untuk menjawabnya. Dengan senyum kecilku aku menganggukkan nya karena aku juga  merasa nyaman bersamanya, pantai itu adalah saksi bisu terjalinnya kisah aku dan jong suk.
Matahari pagi yang hangat membangunkanku dan tak lama bel kamarku berbunyi dan itu adalah jong suk. Jong suk mengajakku ke tempat bersejarah disana dan tempat romantic disana, jong suk juga melihatkan foto-foto keluarganya dan saat dia ingin membeli minuman aku melihat-lihat semua fotonya terlihat ada beberapa foto dimana jongsuk sedang di opname tapi itu tidak membuatku berfikir yang aneh-aneh , disana kami juga membeli souvenir couple berbentuk boneka untuk gantungan handphone. Tak terasa senja mulai pulang dan malam pun datang, kami kembali pulang ke seoul dan meninggalkan tempat yang paling bersejarah untuk aku dan jong suk. Dalam perjalanan pulang ada yang ganjal pada jong suk dia selalu merasa kesakitan, tapi itu tidak membuatku curiga.
Beberapa hari setelah pulang dari jeju aku mulai curiga dengan jong suk, dia mulai gak pernah nemuin aku, gak pernah balas chat atau line aku seakan dia telah ditelan bumi dan itu membuatku berniat untuk kerumahnya karena hari ini adalah hari aku untuk pulang ke Indonesia. Sesampai disana terlihat orang tua jong suk membuka pintu seakan mereka telah lama mengenalku, dengan sapaan hangat ibunda jong suk mengajakku masuk kerumah. Tanpa pikir panjang aku menyakan dimana jong suk dan apa kabarnya, tetapi ibunya hanya menunduk diam seribu bahasa. Aku mencoba untuk menelponnya tapi tak bisa dan aku mulai merasa takut akan keadaan jong suk, ibunda jong suk yang melihatku seperti orang yang gak karuan membawa ku pergi dari rumahnya. Entah ini benar atau tidak ibu jong suk membawaku kerumah sakit, saat itu juga perasaanku gak enak. Terlihat dari luar ruangan ICU terbaring jong suk dalam keadaan koma dengan wajah yang pucat, saat itu tanpa disadari air mataku turun tanpa henti. Ibunda jong suk pun menenangkan ku dan menceritakan tentang jong suk bahwa jong suk memiliki kanker hati stadium akhir dan dia ingin hari-hari terakhirnya indah bersamaku tanpa aku harus tahu penyakitnya.
Tak lama terdengar kode biru dari ruang ICU, para dokter dan suster berlari ke ruang ICU. Terlihat dari kaca ruangan, computer penanda denyut jantung jong suk hanya garis lurus saja. Mulai terasa aneh dan tidak percaya bahwa jong suk telah pergi meninggalkanku, air mata mengalir dari pipi ibunda Jong suk. Tak lama ibu Jong suk memberikan ku sebuah amplop dan dia ingin aku membukanya saat sudah sampai di Jakarta.
3 hari kemudian di jakarta
Semenjak kepergian Jong suk, hidupku mulai hambar seperti sayur tanpa garam. Dan sekarang aku mulai memberanikan diri untuk membuka amplop yang diberikan ibu Jong suk saat di rumah sakit. Di amplop tersebut terdapat sebuah surat dan beberapa foto aku bersamanya saat di Pulau Jeju dan makin membuat aku rindu akan Jong suk saat aku membaca surah yang Jong suk tulis untukku.

Dear sica,
            Saat pertama kali aku melihatmu, terpancar wajah yang sangat familiar dari wajahmu. Dulu aku pernah bermimpi bertemu seorang bidadari yang sekarang wajahnya tampak jelas ketika aku melihatmu. Saat kita di Pulau Jeju, aku merasa sangat senang saat aku bisa mengungkapkan semua isi hatiku untukmu. Na jeongmal saranghaeo, Pulau Jeju adalah tempat paling berkesan diingatanku bersamamu dan souvenir yang kita beli bersama akan menjadi kenangan terindah untukku. Maaf karena aku tidak pernah menceritakan tentang penyakitku, aku tidak ingin kisah cinta kita terhenti akibat kamu cemas dengan penyakitku. Tapi sekarang aku berada di dunia yang dimana aku selalu bisa melihatmu dimanapun kamu berada, kisah kita terukir permanen disini.. dihatiku. Don’t forget it.
Lee jong suk

Saranghae sica
Dan muncullah ingatanku tentang mimpiku dihari kelulusanku. Pangeranku tampak jelas dan ternyata  itu adalah jong suk, apakah ini jalan tuhan untuk mempertemukanku dengan pangeran mimpiku?. But thank god for having found me with my dream prince.








TAMAT
Keterangan bahasa :
Na jeongmal saranghaeyo : aku sangat mencintai mu
Neo gwenchanha : kamu tidak apa-apa
Na gwenchanha : aku tidak apa-apa
Gomawoso : terimakasih
Pap : nasi khas korea
Toppoki : kue beras pedas
Samgyetang : ayam hitam
Dangsineul saranghaeyo : aku jatuh cinta padamu















Cuap- cuap

Namaku Yuriska Adelya bisa dipanggil yuriska, ii, atau siyur. Lahir di Dumai 08 Agustus 1999. Hobiku membaca, menulis, membeli novel, travelling dan sekarang lagi hobi-hobinya belajar bahasa korea dan lagi nabung untuk travelling keliling korea selatan. Ini adalah cerpen ke 4 yang pernah aku buat dan aku juga membuat sebuah novel yang sekarang lagi di tengah perjalanan.
Membuat cerpen tidak mudah, butuh konsentrasi yang tinggi dan tingkat ketelitian untuk setiap kosakata yang di tulis. Dalam membuat karya prosa kita membutuhkan imajinasi yang tinggi, dan  judul-judul cerpen yang pernah aku buat bertemakan kisah remaja dan kisah cinta. Dan semua pemeran dalam cerpenku, aku ambil dari nama actor atau aktris korea favoritku.
Aku mulai suka menulis karangan, sejak mengenal seorang penulis scenario yang karyanya selalu bangkit ke layar lebar yaitu Haqi Ahmad dan juga seorang penulis kakak beradik yang hampir semua novelnya diangkat menjadi film yaitu Agnes dan Davonar. Merekalah inspirasiku dalam menulis karangan.

SEKIAN CUAP-CUAP DARI SAYA
ANNYEONG CHINGU-YAH



Tidak ada komentar:

Posting Komentar