MEMPRODUKSI
TEKS CERPEN
MEMENUHI
TUGAS B.INDONESIA
Disusun
oleh
Yuriska
Adelya
XI
MIPA 2
Guru
pembimbing
Riny
Ermalia Asmery , S.Pd
MY
PRINCE FROM SEOUL
Oleh
: Yuriska Adelya
Dringggggggg…..
Alarm berbentuk sepeda itu membangunkan ku dari mimpi indahku
bersama pangeran tampan itu. Matahari menyinari kamarku yang bersimbah kertas
sana-sini, karena ujian yang sudah melandaku membuatku kebingungan untuk
memilih universitas yang bagus di Indonesia.
Nilai yang sangat memuaskan menjadikanku sebagai siswa yang
lulus dengan nilai terbaik, mengantarkan ku ke gerbang universitas terbaik di
Indonesia. Terlihat dengan jelas senyum kebahagiaan yang terpancar dari wajah
kedua orang tuaku. Mendapati nilai yang sangat bagus, kedua orangtua ku
memberiku liburan ke luar negeri. Pilihan ku tertuju untuk ke Seoul, negri yang
terkenal dengan gingseng dan juga termasuk negara 4 musim di Asia.
Kumulai perjalananku dari bandara Soekarno Hatta menuju
bandara Inchone, perjalanan yang memakan waktu 6 jam membuatku sedikit bosan
berada dipesawat. Melihat pramugari yang senantiasa menanyakan kebutuhanku,
membuatku teringat akan cita-citaku saat masih kecil. 6 jam pun terlewat dengan
sebentar, mendapati pesawat dengan landing yang sempurna. Kulihat jam ku
menunjukkan sudah pukul 8 pagi.Kebingungan mulai menerpaku, perut mulai
bernyayi minta makan. Terpusat mataku kearah café yang dekat dengan bandara,
untungnya dulu aku seorang kpopers dan bisa sedikit berbahasa korea. Saat ingin
menyebrang dompetku terjatuh ditengah jalan dan saat itu pula lampu lalu lintas
menandakan lampu hijau, klakson mobil dan motor mulai berteriak
ditelingaku kakiku terpaku seakan tak
bisa bergerak. Entah apa yang terjadi seseorang datang dan menyelamatkan ku.
“neo
gwenchanha ?” suara yang berat itu terdengar sedang berbicara kepadaku. Dengan
perlahan kubuka mataku, terlihat seseorang yang tak asing.
“na
gwenchanhaseyo, gomawoso “ dengan gugup kujawab ucapannya. “hampir aja aku
mati” membelakanginya dan bicara sendiri.
“tunggu,
kamu dari indonesia ?” ucapnya dengan sedikit terbata-bata.
Komunikasi kami mulai nyambung kekita betapa beruntungnya aku
bertemu orang korea yang bisa berbahasa Indonesia. Dia membantuku mencari
tempat makan yang enak, terlihat dia orang sangat baik. Toppoki makanan itu sering aku lihat di serial drama korea dan saat
ini pertama kalinya aku merasakan rasa toppoki,
suapanku terhenti ketika dia mulai menanyai namaku.
“Aku lee
jong suk panggil saja jong suk , kamu? “ ucapnya dengan sopan dan menjulurkan
tangannya kearahku.
“aku sica,
Jessica adelya. Kamu bisa belajar bahasa Indonesia dari mana?” dengan keponya
kumulai bertanya.
“saya les
bahasa Indonesia” jawabnya dengan agak kaku.
Perutku sudah tidak keroncongan lagi, dia juga membantu ku
mencari tempat penginapan. Entah kenapa jong suk begitu baik kepadaku, seakan
dia tidak bisa hilang dari pikiranku. Senja mulai berubah menjadi malam dan aku
hanya berdiam di hotel, bel kamarku berbunyi tak disangka jong suk datang.
“annyeong
sica” sambil membungkuk sedikit.
“annyeong
jong suk, kamu ngapain kesini?” jawabku kaku.
“kamu sudah
makan ?” tanyanya seperti tahu bahwa aku belum makan.
Kami berjalan menelusuri malam yang dingin dan menikmati
pemandangan yang indah disepanjang jalan, jong suk menarik tanganku kesebuah
restoran samgyetang. Dia menatapku
dengan tajam dan itu membuatku sangat canggung, tangannya mendekati tepi
bibirku mengusap sebutir pap. Aku
mulai canggung dihadapannya dan aku semakin canggung saat dia melemparkan
senyumnya yang manis. Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan malam kami di
sekitar seoul. Jong suk mulai menceritakan tentang dilarangnya bagi pelajar
untuk belajar lewat dari jam 10 malam apabila ketauan akan ditangkap, banyaknya
pelajar yang bunuh diri karena depresi akibat sekolah 15 jam perhari dan
banyaknya orang yang tidak percaya diri karena mata yang terlalu kecil atau
rahang wajah yang terlalu besar dan memilih jalan alternative yaitu operasi
plastik. Jong suk juga menawarkanku untuk pergi ke pulau jeju, pulau yang
dikenal dengan pulau romantic dan terindah dikorea. Karena ini pertama kalinya
untukku keseoul dan aku juga penasaran dengan pulau jeju aku pun menerima
tawaran emas itu.
Ransel mungil dan camera menemani perjalanan ku ke pulau jeju
bersam jong suk, jong suk tidak pernah mau jika aku yang membayar ongkos
perjalanan kami. Aku dan jong suk memilih untuk naik kapal di banding pesawat
karna ingin merasakan angin laut yang segar, perjalanan kami menempuh waktu 13
jam selama perjalanan itu jong suk mengajariku bahasa korea dan cerita menarik
tantang pulau jeju. Kami memiliki selera yang sama dibidang membaca yaitu
membaca kisah kuno, waktu berlalu dangan sendirinya, tak terasa 13 jam serasa 1
jam saat bersama jong suk. Sesampai disana semua serasa bebas dan membuatku
nyaman tinggal disana. Jong suk memesankan ku kamar untuk bermalam disini, jong
suk mengajakku ketepi pantai dan makan disana. Jong suk mulai menatapku lagi
seperti saat direstoran, aku mulai gugup dan makin gugup saat dia memegang
kedua tanganku yang sedang memegang sujeo.
“dangsineul
saranghaeyo sica ya” ucapnya dengan mata penuh perasaan dan membuatku mulai
bingung untuk menjawabnya. Dengan senyum kecilku aku menganggukkan nya karena
aku juga merasa nyaman bersamanya,
pantai itu adalah saksi bisu terjalinnya kisah aku dan jong suk.
Matahari pagi yang hangat membangunkanku dan tak lama bel
kamarku berbunyi dan itu adalah jong suk. Jong suk mengajakku ke tempat
bersejarah disana dan tempat romantic disana, jong suk juga melihatkan
foto-foto keluarganya dan saat dia ingin membeli minuman aku melihat-lihat
semua fotonya terlihat ada beberapa foto dimana jongsuk sedang di opname tapi
itu tidak membuatku berfikir yang aneh-aneh , disana kami juga membeli souvenir
couple berbentuk boneka untuk gantungan handphone. Tak terasa senja mulai
pulang dan malam pun datang, kami kembali pulang ke seoul dan meninggalkan
tempat yang paling bersejarah untuk aku dan jong suk. Dalam perjalanan pulang
ada yang ganjal pada jong suk dia selalu merasa kesakitan, tapi itu tidak
membuatku curiga.
Beberapa hari setelah pulang dari jeju aku mulai curiga
dengan jong suk, dia mulai gak pernah nemuin aku, gak pernah balas chat atau
line aku seakan dia telah ditelan bumi dan itu membuatku berniat untuk
kerumahnya karena hari ini adalah hari aku untuk pulang ke Indonesia. Sesampai
disana terlihat orang tua jong suk membuka pintu seakan mereka telah lama
mengenalku, dengan sapaan hangat ibunda jong suk mengajakku masuk kerumah.
Tanpa pikir panjang aku menyakan dimana jong suk dan apa kabarnya, tetapi
ibunya hanya menunduk diam seribu bahasa. Aku mencoba untuk menelponnya tapi
tak bisa dan aku mulai merasa takut akan keadaan jong suk, ibunda jong suk yang
melihatku seperti orang yang gak karuan membawa ku pergi dari rumahnya. Entah
ini benar atau tidak ibu jong suk membawaku kerumah sakit, saat itu juga
perasaanku gak enak. Terlihat dari luar ruangan ICU terbaring jong suk dalam
keadaan koma dengan wajah yang pucat, saat itu tanpa disadari air mataku turun
tanpa henti. Ibunda jong suk pun menenangkan ku dan menceritakan tentang jong
suk bahwa jong suk memiliki kanker hati stadium akhir dan dia ingin hari-hari
terakhirnya indah bersamaku tanpa aku harus tahu penyakitnya.
Tak lama
terdengar kode biru dari ruang ICU, para dokter dan suster berlari ke ruang
ICU. Terlihat dari kaca ruangan, computer penanda denyut jantung jong suk hanya
garis lurus saja. Mulai terasa aneh dan tidak percaya bahwa jong suk telah
pergi meninggalkanku, air mata mengalir dari pipi ibunda Jong suk. Tak lama ibu
Jong suk memberikan ku sebuah amplop dan dia ingin aku membukanya saat sudah
sampai di Jakarta.
3 hari kemudian di jakarta
Semenjak
kepergian Jong suk, hidupku mulai hambar seperti sayur tanpa garam. Dan
sekarang aku mulai memberanikan diri untuk membuka amplop yang diberikan ibu
Jong suk saat di rumah sakit. Di amplop tersebut terdapat sebuah surat dan
beberapa foto aku bersamanya saat di Pulau Jeju dan makin membuat aku rindu
akan Jong suk saat aku membaca surah yang Jong suk tulis untukku.
Dear sica,
Saat
pertama kali aku melihatmu, terpancar wajah yang sangat familiar dari wajahmu.
Dulu aku pernah bermimpi bertemu seorang bidadari yang sekarang wajahnya tampak
jelas ketika aku melihatmu. Saat kita di Pulau Jeju, aku merasa sangat senang
saat aku bisa mengungkapkan semua isi hatiku untukmu. Na jeongmal saranghaeo, Pulau Jeju adalah tempat paling berkesan
diingatanku bersamamu dan souvenir yang kita beli bersama akan menjadi kenangan
terindah untukku. Maaf karena aku tidak pernah menceritakan tentang penyakitku,
aku tidak ingin kisah cinta kita terhenti akibat kamu cemas dengan penyakitku.
Tapi sekarang aku berada di dunia yang dimana aku selalu bisa melihatmu
dimanapun kamu berada, kisah kita terukir permanen disini.. dihatiku. Don’t
forget it.
Lee jong suk
Saranghae sica
Dan muncullah ingatanku tentang mimpiku dihari kelulusanku. Pangeranku tampak jelas dan ternyata itu adalah jong suk, apakah ini jalan tuhan untuk mempertemukanku dengan pangeran mimpiku?. But thank god for having found me with my dream prince.
TAMAT
Keterangan
bahasa :
Na
jeongmal saranghaeyo : aku sangat mencintai mu
Neo
gwenchanha : kamu tidak apa-apa
Na
gwenchanha : aku tidak apa-apa
Gomawoso
: terimakasih
Pap
: nasi khas korea
Toppoki
: kue beras pedas
Samgyetang
: ayam hitam
Dangsineul
saranghaeyo : aku jatuh cinta padamu
Cuap-
cuap
Namaku Yuriska Adelya
bisa dipanggil yuriska, ii, atau siyur. Lahir di Dumai 08 Agustus 1999. Hobiku
membaca, menulis, membeli novel, travelling dan sekarang lagi hobi-hobinya
belajar bahasa korea dan lagi nabung untuk travelling keliling korea selatan.
Ini adalah cerpen ke 4 yang pernah aku buat dan aku juga membuat sebuah novel
yang sekarang lagi di tengah perjalanan.
Membuat cerpen tidak
mudah, butuh konsentrasi yang tinggi dan tingkat ketelitian untuk setiap
kosakata yang di tulis. Dalam membuat karya prosa kita membutuhkan imajinasi
yang tinggi, dan judul-judul cerpen yang
pernah aku buat bertemakan kisah remaja dan kisah cinta. Dan semua pemeran
dalam cerpenku, aku ambil dari nama actor atau aktris korea favoritku.
Aku mulai suka menulis
karangan, sejak mengenal seorang penulis scenario yang karyanya selalu bangkit
ke layar lebar yaitu Haqi Ahmad dan juga seorang penulis kakak beradik yang hampir
semua novelnya diangkat menjadi film yaitu Agnes dan Davonar. Merekalah
inspirasiku dalam menulis karangan.
SEKIAN
CUAP-CUAP DARI SAYA
ANNYEONG
CHINGU-YAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar